Internasional, MediaSulteng.com – Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) hari ini mengungkapkan hasil investigasi yang diluncurkan terkait pembunuhan pemimpin tertinggi Hamas Ismail Haniyeh, yang terjadi di Teheran, Iran.
IRGC mengatakan bahwa “investigasi teknis” mengungkapkan bahwa pembunuhan Haniyeh dilakukan dengan proyektil jarak pendek seberat 7,5 kilogram yang diluncurkan dari luar kediaman Haniyeh.
Operasi tersebut direncanakan dan dilaksanakan oleh entitas Zionis dan dengan dukungan dari Amerika Serikat, tambahnya.
Iran bersumpah bahwa “darah pemimpin Ismail Haniyeh tidak akan sia-sia, dan rezim Zionis akan menghadapi hukuman berat atas kejahatan tersebut,” seraya menambahkan bahwa dampak pembunuhan tersebut akan “menghancurkan entitas Zionis dan pendukung mereka, Amerika Serikat.”
“Bangunan tempat Haniyeh menginap adalah wisma tamu dan tunduk pada semua protokol keamanan,” kata IRGC, seraya menambahkan bahwa “Israel” melakukan pembunuhan tersebut dengan tujuan “memicu perselisihan di dunia Islam dan di antara kelompok perlawanan.”
Penyelidikan Iran bertentangan dengan laporan terbaru bahwa Ismail Haniyeh dibunuh oleh “alat peledak yang disembunyikan di wisma tamu Teheran tempat ia menginap” – menurut pejabat Timur Tengah dan Amerika yang dikutip oleh The New York Times.
Bom tersebut, yang ditanam dua bulan sebelumnya, disembunyikan di sebuah wisma tamu yang dikelola oleh Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) di daerah kelas atas Teheran, sumber tersebut mengklaim.
Haniyeh berada di Teheran untuk pelantikan presiden ketika bom yang diledakkan dari jarak jauh itu meledak, menewaskan dirinya dan seorang pengawal. Ledakan itu menyebabkan kerusakan signifikan pada gedung, termasuk jendela yang pecah dan dinding yang runtuh sebagian.
Pembunuhan itu dianggap sebagai pelanggaran keamanan besar bagi Iran, karena kompleks itu dijaga ketat oleh IRGC. Metode pasti bagaimana bom itu ditanam masih belum jelas, tetapi para pejabat mengatakan operasi itu memerlukan perencanaan dan pengawasan yang ekstensif. Para pejabat Iran menggambarkan serangan itu sebagai kegagalan intelijen yang dahsyat.