Nasional, MediaSulteng.com – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), meminta Indonesia tidak tergantung dengan vaksin impor untuk memenuhi kebutuhan program vaksinasi kepada masyarakat.
“Walaupun, Indonesia sudah membeli banyak vaksin Covid-19 dari negara-negara produsen vaksin. Seperti vaksin Sinovac dan Sinopharm dari China dan AstraZeneca dari Inggris, tetapi Indonesia tidak boleh bergantung dengan vaksin impor,” ungkap Menko PMK, Muhadjir Effendy saat audiensi dengan tim pengembang Vaksin Merah Putih secara virtual, dikutip dari laman resmi Kemenko PMK, Selasa 29 Juni 2021.
Oleh karena itu, Indonesia tidak bisa berharap secara terus-menerus dengan situasi pasar vaksin yang tidak menentu saat ini.
Pasalnya, banyak negara yang pasokan vaksin Covid-19-nya belum terpenuhi hingga kini. Sehingga harus berebut dengan negara lain untuk mendapatkannya.
Untuk mengantisipasi kebutuhan vaksin bagi masyarakat Indonesia, vaksin yang produksi dalam negeri pun diperlukan.
Saat ini vaksin dalam negeri yang sedang diproduksi adalah vaksin Merah Putih. Diharapkan dapat terproduksi dengan cepat. Sehingga, Indonesia tidak lagi melakukan pembelian vaksi ke negara lain.
“Semakin cepat produksi vaksin dalam negeri dilakukan, saya kira akan semakin baik untuk kita semua,” sebutnya.
Vaksin merah putih merupakan upaya pemerintah untuk memenuhi kebutuhan vaksin dalam negeri. Terlebih saat ini situasi pandemi semakin memprihatinkan, selain peningkatan kasus Covid-19, munculnya beragam varian virus yang mengharuskan Indonesia memenuhuhi ketersediaan vaksin.
Bahkan, Presiden Joko Widodo telah berpesan saat ini kemandirian vaksin Covid-19 terus diupayakan oleh pemerintah. Sehingga, pihaknya mendorong kepada para pengembang vaksin Covid-19 merah putih untuk melakukan percepatan atas produksi vaksin tersebut.
Langkah yang mesti dilakukan adalah, mencoba melakukan koreksi, reevaluasi terhadap rencana tahapan yang telah dirancang sebelumnya. Kemudian, mencoba melakukan terobosan yang kreatif, sebagai bagian dari upaya percepatan produksi.
“Jadi saya mohon masing-masing pengembang mencoba melakukan koreksi, reevaluasi terhadap rencana-rencana tahap yang sudah dirancang, dan coba dicari terobosan yang lebih kreatif kira-kira bagaimana supaya produksi bisa dipercepat,” tutupnya. (***)